Jumat, 30 November 2012

Cara Mudah dan Murah Mengolah Sampah Rumah Tangga


Secara alamiah sebenarnya sampah organik akan hancur sendiri terutama jika ditimbun di dalam tanah, karena akan mengalami penguraian oleh mikro organisme. Proses penguraian sampah sampai hancur memerlukan waktu yang lama, dan teknik menimbun sampah hanya bisa dilakukan di rumah yang memiliki kelebihan lahan. Sementara di wilayah perkotaan, lahan menjadi barang yang mahal dan tidak memungkinkan lagi dengan cara penimbunan sampah.

Ada cara yang mudah dan sederhana dalam menguraikan sampah organik dengan waktu yang relatif singkat, asal memenuhi persyaratan tentang kondisi suhu, udara, dan kelembaban. Dalam proses fermentasi tersebut sampah akan meningkat suhunya yang berarti mikroba beraktifitas, memproses  sampah menjadi kompos. Suhu yang optimal agar proses pengomposan berjalan baik harus dipertahankan pada 45C-65C. Jika terlalu panas, maka harus dibolak balik paling tidak dalam kurun waktu 1 minggu sekali.

Bahan-bahan dan Peralatan:
  1. Di dalam rumah (dapur) disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk tempat sampah organik (sayuran, kulit buah) dan sampah anorganik (plastik, kertas). Atau pada waktu memasak, agar sampah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik pada kantong plastik yang berbeda.
  2. Sediakan bak plastik atau drum yang dibawanya diberi lubang, untuk mengeluarkan kelebihan air. Agar kelembaban terjaga di atas bak/drum nantinya ditutup dengan goni, triplek atau karton
  3. Dasar bak/drum diberi tanah atau pasir untuk menyerap kelebihan air, dan tidak boleh kena air hujan dan kena sinar matahari langsung. Jadi hasus diletakan di bawah atap.

Cara Pembuatan:
  1. Campurkan sampah basah (sayuran, kacang-kacangan, kulit buah) dan sampah kering (dari dedaunan) yang telah dicacah kecil-kecil;
  2. Tambahkan sedikit kompos yang sudah jadi, tanah, dan dolomite (kapur), dan dipercikan air sedikit.  Campuran kompos, tanah dan dolomite tersebut mengandung mikroba yang akan merubah sampah menjadi kompos.
  3. Pembuatan kompos dapat dilakukan sekaligus atau secara berlapis setiap hari. Setelah dapat 1 minggu campuran di aduk-aduk secara merata.
  4. Pada minggu 1 dan minggu 2 mikroba bekerja mengurai sampah, sehingga suhu meningkat sekitar 40C.
  5. Pada minggu ke 5 dan minggu ke 6 suhu kembali normal, yang berarti proses pengomposan berhenti. Tanda kompos berhasil dengan baik, campuran menjadi kehitaman. Kompos tidak berhasil jika campuran basah dan berbau busuk.
  6. Sebaiknya kompos diayak dipisahkan kompos yang halus dengan yang kasar, kompos yang kasar dapat sebagai campuran dalam pembuatan kompos berikutnya.
  7. Proses pengomposan dapat berhasil dengan baik, jika dapat mengendalikan kondisi suhu, kelembaban, dan oksigen. Agar mikroba dapat berkembang biak dan memproses sampah secara optimal.
  8. Agar sampah lebih cepat berproses menjadi kompos dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan Efective Microorganism (EM-4) yang bisa dibeli di toko pertanian atau membuat sendiri.

Kegunaan Kompos
Kompos sangat efektif sebagai pengganti pupuk anorganik, yang selama ini banyak digunakan petani. Penggunaan pupuk anorganik mempunyai dampak yang kurang ramah lingkungan karena mengandung bahan-bahan kimia. Penggunaan kompos sangat ramah lingkungan karena dibuat dari bahan-bahan organik, seperti dedaunan, sayuran, kulit buah.


Selamat mencoba

2 komentar:

  1. Ibu mau tanya..ada alternatif lain tidak kalau tidak ada kompos yg sudah jadi?karna saya sudah cari disemua tempat tidak ada yg juak pupuk kandang,poc ataupun kompos..hanyak npk dan urea saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adik Dian yg berbahagia,, pupuk anorganik baik Urea maupun NPK tdk bisa dijadikan starter. Coba adik cari ditoko/penjual pot atau bunga. Biasanya disana dijual kompos untuk media tanam. Itu bisa dipakai. Pilih yang dalam kemasannya tidak mengeluarkan air / tidak berkeringat. Itu tandanya komposnya sudah jadi. Atau bisa juga kompos dari kotoran hewan/sapi yg sudah jadi tanah. Semoga bisa membantu dan selamat mencoba.

      Hapus